Diagnosa Penyakit Botulisme
Kecurigaan akan botulisme sudah harus dipikirkan
dari riwayat pasien dan pemeriksaan klinik. Bagaimanapun,
baik anamnesa dan pemeriksaan fisik tidak cukup untuk
menegakkan diagnosa karena penyakit lain yang merupakan
diagnosa banding, seperti Guillain-Barre Syndrome, stroke
dan myastenia gravis memberikan gambaran yang serupa.
dari riwayat pasien dan pemeriksaan klinik. Bagaimanapun,
baik anamnesa dan pemeriksaan fisik tidak cukup untuk
menegakkan diagnosa karena penyakit lain yang merupakan
diagnosa banding, seperti Guillain-Barre Syndrome, stroke
dan myastenia gravis memberikan gambaran yang serupa.
Dari anamnesa didapatkan gejala klasik dari
botulisme berupa diplopia, penglihatan kabur, mulut
kering, kesulitan menelan. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan kelemahan otot.
Diagnosis Penyakit Botulism
Jika sudah lama, keluhan
bertambah dengan paralise lengan, tungkai sampai kesulitan
nafas karena kelemahan otot-otot pernafasan.
Pemeriksaan tambahan yang sangat menolong untuk
menegakkan diagnosa botulisme adalah CT-Scan, pemeriksaan
serebro spinalis, nerve conduction test seperti
electromyography atau EMG, dan tensilon test untuk
myastenia gravis.
bertambah dengan paralise lengan, tungkai sampai kesulitan
nafas karena kelemahan otot-otot pernafasan.
Pemeriksaan tambahan yang sangat menolong untuk
menegakkan diagnosa botulisme adalah CT-Scan, pemeriksaan
serebro spinalis, nerve conduction test seperti
electromyography atau EMG, dan tensilon test untuk
myastenia gravis.
Diagnosa dapat ditegakkan dengan ditemukannya toksin
botulisme di serum pasien juga dalam urin. Bakteri juga
dapat diisolasi dari feses penderita dengan foodborne atau
infant botulisme.
Komplikasi
Botulisme dapat menyebabkan kematian karena
kegagalan nafas.
Dalam 50 tahun terakhir, banyak pasien
dengan botulisme yang meninggal menurun dari 50% menjadi
8%. Pasien dengan botulisme yang parah membutuhkan alat
bantu pernafasan sebagai bentuk pengobatan dan perawatan
Komplikasi
Botulisme dapat menyebabkan kematian karena
kegagalan nafas.
dengan botulisme yang meninggal menurun dari 50% menjadi
8%. Pasien dengan botulisme yang parah membutuhkan alat
bantu pernafasan sebagai bentuk pengobatan dan perawatan
Komplikasi
Botulisme dapat menyebabkan kematian karena
kegagalan nafas.
Dalam 50 tahun terakhir, banyak pasien
dengan botulisme yang meninggal menurun dari 50% menjadi
8%. Pasien dengan botulisme yang parah membutuhkan alat
bantu pernafasan sebagai bentuk pengobatan dan perawatan
Para penderita botulisme dapat mengalami kesulitan
bernafas (pada stadium lanjut) karena itu membutuhkan alat
bantuan nafas atau ventilator selama berminggu-minggu
(biasanya 4 minggu) atau sampai efek toksin habis,
dengan botulisme yang meninggal menurun dari 50% menjadi
8%. Pasien dengan botulisme yang parah membutuhkan alat
bantu pernafasan sebagai bentuk pengobatan dan perawatan
Para penderita botulisme dapat mengalami kesulitan
bernafas (pada stadium lanjut) karena itu membutuhkan alat
bantuan nafas atau ventilator selama berminggu-minggu
(biasanya 4 minggu) atau sampai efek toksin habis,
ditambah perawatan dan pengobatan yang intensif. Setelah
beberapa minggu, paralisis secara bertahap muncul dan
semakin jelas. Jika diagnosa bisa ditegakkan secara awal,
foodborne dan wound botulisme dapat diobati dengan anti
toksin yang dapat memblok aksi toksin dalam peredaran
darah.
Hal ini dapat membantu agar keadaan pasien tidak
memburuk, tapi proses pemulihan masih membutuhkan waktu
selama berminggu-minggu. Mungkin diperlukan enema atau
memancing agar penderita muntah untuk mengeluarkan makanan
yang mengandung toksin yang masih ada di dalam usus. Luka
harus segera diobati, biasanya dengan operasi, untuk
menyingkirkan sumber produksi dari toksin botulisme.
memburuk, tapi proses pemulihan masih membutuhkan waktu
selama berminggu-minggu. Mungkin diperlukan enema atau
memancing agar penderita muntah untuk mengeluarkan makanan
yang mengandung toksin yang masih ada di dalam usus. Luka
harus segera diobati, biasanya dengan operasi, untuk
menyingkirkan sumber produksi dari toksin botulisme.
Penggunaan anti toksin tidak untuk mengobati infant
botulisme perlu dipikirkan lagi, sedangkan antibiotika
tidak dibutuhkan, kecuali pada wound botulisme.
Sekian Mengenai