Saturday, 18 May 2019

Sindrom Ovarium Polikistik

Patofisiologi Sindrom Ovarium Polikistik


Sindrom Ovarium Polikistik


Sindrom ovarium polikistik adalah suatu
anovulasi kronik yang menyebabkan infertilitas dan
bersifat hiperandrogenik, di mana terjadi gangguan
hubungan umpan balik antara pusat (hipotalamus-
hipofisis) dan ovarium sehingga kadar estrogen
selalu tinggi yang mengakibatkan tidak pernah terjadi
kenaikan kadar FSH yang cukup kuat

Fisiologi ovulasi harus dimengerti lebih dahulu untuk
dapat mengetahui mengapa sindrom ovarium
polikistik ini dapat menyebabkan infertilitas. 

Secara
normal, kadar estrogen mencapai titik terendah
pada saat seorang wanita dalam keadaan
menstruasi. 

Pada waktu yang bersamaan, kadar
LH dan FSH mulai meningkat dan merangsang
pembentukan folikel ovarium yang mengandung
ovum. 

Folikel yang matang memproduksi hormon
androgen seperti testosteron dan androstenedion
yang akan dilepaskan ke sirkulasi darah.

 Beberapa
dari hormon androgen tersebut akan berikatan
(SHBG)
di dalam darah. Androgen yang berikatan ini
tidak aktif dan tidak memberikan efek pada
tubuh. 

Sedangkan androgen bebas menjadi aktif
dan berubah menjadi hormon estrogen di jaringan
lunak tubuh. Perubahan ini menyebabkan kadar
estrogen meningkat, yang mengakibatkan kadar LH
dan FSH menurun. 

Selain itu kadar estrogen yang
terus meningkat akhirnya menyebabkan lonjakan
LH yang merangsang ovum lepas dari folikel
sehingga terjadi ovulasi. 

Setelah ovulasi terjadi
luteinisasi sempurna dan peningkatan tajam kadar
progesteron yang diikuti penurunan kadar estrogen,
LH dan FSH. 

Progesteron akan mencapai puncak
pada hari ke tujuh sesudah ovulasi dan perlahan
turun sampai terjadi menstruasi berikutnya.

Pada sindrom ovarium polikistik siklus ini terganggu.
Karena adanya peningkatan aktivitas sitokrom
p-450c17 (enzim yang diperlukan untuk
pembentukan androgen ovarium) dan terjadi juga
peningkatan kadar LH yang tinggi akibat sekresi
gonadotropine releasing hormone(GnRH) yang
meningkat. 

Hal ini sehingga menyebabkan sekresi
androgen dari ovarium bertambah karena ovarium
pada penderita sindrom ini lebih sensitif terhadap
stimulasi gonadotropin. 

Peningkatan produksi
androgen menyebabkan terganggunya
perkembangan folikel sehingga tidak dapat
memproduksi folikel yang matang.

 Hal ini
mengakibatkan berkurangnya estrogen yang
dihasilkan oleh ovarium dan tidak adanya lonjakan
LH yang memicu terjadinya ovulasi.

Selain itu
adanya resistensi insulin menyebabkan keadaan
hiperinsulinemia yang mengarah pada keadaan
hiperandrogen, karena insulin merangsang sekresi
androgen dan menghambat sekresi SHBG hati
sehingga androgen bebas meningkat. 

Pada sebagian
kasus diikuti dengan tanda klinis akantosis nigrikans
dan obesitas tipe android.

Sekian mengenai

Sindrom Ovarium Polikistik
Polikistik Ovarium Sindrom Adalah
Sindrom Ovarium Polikidtik Pcos

Share this

Artikel Terkait