asalamualaikum wr.wb
Apa saja faktor yang perlu kita pertimbangkan dalam memanfaatkan E Learnning ? mari simak jawabannya di bawah ini
A. Faktor yang Perlu Dipertimbangkan dalam Memanfaatkan E-
learning
Faktor yang perlu drpertimbangan dalam memanfaatkan e-learning
untuk pembelajaran jarak jauh adalah memilih internet untuk
kegiatan pembelajaran. Memilih internet ini ada beberapa tahap
yang harus dilakukan yaitu
learning
Faktor yang perlu drpertimbangan dalam memanfaatkan e-learning
untuk pembelajaran jarak jauh adalah memilih internet untuk
kegiatan pembelajaran. Memilih internet ini ada beberapa tahap
yang harus dilakukan yaitu
1. Analisis kebutuhan (need analysis)
Pemanfaatan e-learning sangat tergantung pada pengguna
dalam memandang atau menilai e-learuing tersebut.
Digunakannya teknologi terscbut jika e-learning itu sudah
merupakan kebutuhan. Untuk menentukan apakah seseorang
ataulembaga pendidrkan membutuhkan atau tidak e-learning itu,
maka diperlukan analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan ini
untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan yang muncul, yaitu
apakah fasilitas pendukungnya sudah memadai, apakah
didukung oleh dana yang memadai; dan apakah ada dukungan
dari pembuat kebijakan. Jika berdasarkan analisis kebutuhan itu
diputuskan bahwa e-learning diperlukan, maka perlu membuat
studi kelayakan (fasibilitystudy). Ada beberapa komponen
penilaian dalam studi kelayakan yang perlu dipertimbangkan,
antara lain:
a. Secara teknis, apakah jaringan internet bisa dipasang
beserta infrasruktur pendukungnya, sepeti jaringan
komputer, instalasi listrik, saluran telepon, dan sebagainya.
b. Sumber daya manusianya yang memiliki pengetahuan dan
kemampuan atau ketetampilan (skill dan knowledg) yang
secara teknis bisa mengoperasikannya.
Pemanfaatan e-learning sangat tergantung pada pengguna
dalam memandang atau menilai e-learuing tersebut.
Digunakannya teknologi terscbut jika e-learning itu sudah
merupakan kebutuhan. Untuk menentukan apakah seseorang
ataulembaga pendidrkan membutuhkan atau tidak e-learning itu,
maka diperlukan analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan ini
untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan yang muncul, yaitu
apakah fasilitas pendukungnya sudah memadai, apakah
didukung oleh dana yang memadai; dan apakah ada dukungan
dari pembuat kebijakan. Jika berdasarkan analisis kebutuhan itu
diputuskan bahwa e-learning diperlukan, maka perlu membuat
studi kelayakan (fasibilitystudy). Ada beberapa komponen
penilaian dalam studi kelayakan yang perlu dipertimbangkan,
antara lain:
a. Secara teknis, apakah jaringan internet bisa dipasang
beserta infrasruktur pendukungnya, sepeti jaringan
komputer, instalasi listrik, saluran telepon, dan sebagainya.
b. Sumber daya manusianya yang memiliki pengetahuan dan
kemampuan atau ketetampilan (skill dan knowledg) yang
secara teknis bisa mengoperasikannya.
c. Secara ekonomis apakah kegiatan vang dilakukan dengan e-
learning ini menguntungkan atau tidak, apakah akan
membutuhkan biaya yang besar atau kecil.
d. Secara sosial, apakah sikap (attitude) masyarakat dapat
menerimanya atau menolak terhadap penggunaan e-learning
sebagai bagian dari teknologi dan omunikasi. Untuk itu
perlu diciptakan sikap (attitude) yang positif terhadap e-
learning, khususnya. Dan teknologi informadi dan
komunikasi pada umumnya, agar bias mengerti potensi dan
dampaknya bagi pembelajar dan masyarakat.
2. Rancangan Pembelajaran
Dalam menentukan rancangan pembelajaran perlu
dipertimbangkan beberapa hal, antara lain:
a. Course content and learning unit analysis (Analisis isi
pembelajaran), seperti ruang lingkup (scope) dan urutan
(sequence) materi pembelajaran, atau topik yang relevan.
b. Learner analysis (analisis pemberajar), seperti : latar
belakang pendidikan, usia, status pekerjaan, dan sebagainya.
c. Learning context analysis (analisis berkaitan dengan
pembelajaran), seperti : kompetensi pembelajaran yang akan
dan ingin dibahas secara mendalam pada rancangan ini.
d. Intructional analysis (analisis pembelajaran), seperti : materi
pembelajaran yang akan dikelompokkan menurut
learning ini menguntungkan atau tidak, apakah akan
membutuhkan biaya yang besar atau kecil.
d. Secara sosial, apakah sikap (attitude) masyarakat dapat
menerimanya atau menolak terhadap penggunaan e-learning
sebagai bagian dari teknologi dan omunikasi. Untuk itu
perlu diciptakan sikap (attitude) yang positif terhadap e-
learning, khususnya. Dan teknologi informadi dan
komunikasi pada umumnya, agar bias mengerti potensi dan
dampaknya bagi pembelajar dan masyarakat.
2. Rancangan Pembelajaran
Dalam menentukan rancangan pembelajaran perlu
dipertimbangkan beberapa hal, antara lain:
a. Course content and learning unit analysis (Analisis isi
pembelajaran), seperti ruang lingkup (scope) dan urutan
(sequence) materi pembelajaran, atau topik yang relevan.
b. Learner analysis (analisis pemberajar), seperti : latar
belakang pendidikan, usia, status pekerjaan, dan sebagainya.
c. Learning context analysis (analisis berkaitan dengan
pembelajaran), seperti : kompetensi pembelajaran yang akan
dan ingin dibahas secara mendalam pada rancangan ini.
d. Intructional analysis (analisis pembelajaran), seperti : materi
pembelajaran yang akan dikelompokkan menurut
kepentingannya, menyusun tugas-tugas dari yang mudah
hingga yang sulit, dan seterusnya.
e. state instructional objectives (tujuan pembelajaran) yang
disusun berdasarkan hasil dari analisis pembelajaran.
f. contruct criterion test items, (penyusun tes) yang didasarkan
dari tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
g. select instructional strategt (strategi pemilihan
pembelajaran) yang dapat ditetapkan berdasarkan fasilitas
yang ada.
3. Tahap Pengembangan
Pengembangan e-learning dilakukan mengikuti
perkembangan fasilitas teknologi informasi dan komunikasi
yang tersedia. selain itu, pengembangan prototype materi
pembelajaran dan rancangan pembelajaran yang akan digunakan
pun perlu di pertimbangkan dan di evaluasi secara terus
menerus.
4. Pelaksanaan
Prototype yang sudah lengkap dapat dipindahkan ke
jaringan computer (LAN). Untuk itu pengujian terhadap
prototype hendaknya terus menerus dilakukan. Dengan
pengujian ini akan diketahui berbagau hambatan yang dihadapi,
seperti berkaitan dengan management course tool, apakah
hingga yang sulit, dan seterusnya.
e. state instructional objectives (tujuan pembelajaran) yang
disusun berdasarkan hasil dari analisis pembelajaran.
f. contruct criterion test items, (penyusun tes) yang didasarkan
dari tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
g. select instructional strategt (strategi pemilihan
pembelajaran) yang dapat ditetapkan berdasarkan fasilitas
yang ada.
3. Tahap Pengembangan
Pengembangan e-learning dilakukan mengikuti
perkembangan fasilitas teknologi informasi dan komunikasi
yang tersedia. selain itu, pengembangan prototype materi
pembelajaran dan rancangan pembelajaran yang akan digunakan
pun perlu di pertimbangkan dan di evaluasi secara terus
menerus.
4. Pelaksanaan
Prototype yang sudah lengkap dapat dipindahkan ke
jaringan computer (LAN). Untuk itu pengujian terhadap
prototype hendaknya terus menerus dilakukan. Dengan
pengujian ini akan diketahui berbagau hambatan yang dihadapi,
seperti berkaitan dengan management course tool, apakah
materi pembelajarannya memenuhi standar materi pembelajaran
mandiri (self learning materials).
5. Evaluasi
Sebelum dilakukan evaluasi, program terlebih dahulu
diuji coba dengan mengambil beberapa sample orang. Dari uji
coba ini baru dilakukan evaluasi. Prototype perlu dievaluai
dalam jangka waktu relative lama dan secara terus menerus
untuk diketahui kelebihan dan kekurangannya. Proses dari
kelima tahapan tadi di perrukan waktu yang relative lama dan
dilakukan berulang kali, karena prosesnya terjadi secara terus
menerus. Masukan dari pembelajar atau pihak lain sangat di
perlukan untuk perbaikan program tersebut
mandiri (self learning materials).
5. Evaluasi
Sebelum dilakukan evaluasi, program terlebih dahulu
diuji coba dengan mengambil beberapa sample orang. Dari uji
coba ini baru dilakukan evaluasi. Prototype perlu dievaluai
dalam jangka waktu relative lama dan secara terus menerus
untuk diketahui kelebihan dan kekurangannya. Proses dari
kelima tahapan tadi di perrukan waktu yang relative lama dan
dilakukan berulang kali, karena prosesnya terjadi secara terus
menerus. Masukan dari pembelajar atau pihak lain sangat di
perlukan untuk perbaikan program tersebut
B. Syarat-Syarat pemanfaatan E-Learning
Menurut Newsletter of ODLQC, 2001 (dalam siahaan) syarat-
syarat kegiatan pembelajaran elektronik (e-learning) adalah :
1. Kegiatan pembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan
dalam hal ini internet.
2. Tersedianya dukungan layanan belajar yang dapat dimanfaatkan
oleh peserta belajar, misalnya CD-ROM atau bahan cetak
3. Tersedianya dukungan layanan tutor yang dapat membantu
peserta belajar apabila mengalami kesulitan
Menurut Newsletter of ODLQC, 2001 (dalam siahaan) syarat-
syarat kegiatan pembelajaran elektronik (e-learning) adalah :
1. Kegiatan pembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan
dalam hal ini internet.
2. Tersedianya dukungan layanan belajar yang dapat dimanfaatkan
oleh peserta belajar, misalnya CD-ROM atau bahan cetak
3. Tersedianya dukungan layanan tutor yang dapat membantu
peserta belajar apabila mengalami kesulitan
4. Adanya lembaga yang menyelenggarakan/mengelola kegiatan e-
learning
5. Adanya sikap positif pendidik dan tenaga kependidikan terhadap
teknologi komputer dan internet
6. Adanya rancangan sistem pembelajaran yang dapat
dipelajarildiketahui oleh setiap peserta belajar
7. Adanya sistem evaluasi terhadap kemajuan atau perkembangan
belajar peserta didik
8. Adanya mekanisme umpan balik yang dikembangkan oleh
lembaga penyelenggara.
Berbeda dengan yang telah diungkapkan di atas, dalam Sembel,
2004, lebih menyoroti dari tenaga-tenaga ahli yang perlu ada untuk
“menghidupkan” sebuah e-learning adalah :
a) subject Matter Expert (sME), merupakan nara sumber dari
pembelaiaran yang disampaikan.
b) Instructional Designer (ID), bertugas untuk secara sistematis
mendesain materi dari SME menjadi materi e-learning dengan
memasukkan metode pengajaran agar materi menjadi lebih
interaktif, lebih mudah, dan lebih menarik untuk dipelajari.
c) Graphic Designer (GD), bertugas untuk mengubah materi teks
menjadi bentuk grafis dengan gambar, wama, dan layout yang
enak dipandang, efektil dan menarik untuk dipelajari.
d) Learning Management system (LMS), bertugas mengelola
sistem di website yang mengatur lalu lintas interaksi antara
instruktur dengan siswa, antarsiswa dengan siswa lainnya, serta
hal lain yang berhubungan dengan pembelajaran, seperti tugas,
nilai, dan peringkat ketercapaian belajar siswa.
learning
5. Adanya sikap positif pendidik dan tenaga kependidikan terhadap
teknologi komputer dan internet
6. Adanya rancangan sistem pembelajaran yang dapat
dipelajarildiketahui oleh setiap peserta belajar
7. Adanya sistem evaluasi terhadap kemajuan atau perkembangan
belajar peserta didik
8. Adanya mekanisme umpan balik yang dikembangkan oleh
lembaga penyelenggara.
Berbeda dengan yang telah diungkapkan di atas, dalam Sembel,
2004, lebih menyoroti dari tenaga-tenaga ahli yang perlu ada untuk
“menghidupkan” sebuah e-learning adalah :
a) subject Matter Expert (sME), merupakan nara sumber dari
pembelaiaran yang disampaikan.
b) Instructional Designer (ID), bertugas untuk secara sistematis
mendesain materi dari SME menjadi materi e-learning dengan
memasukkan metode pengajaran agar materi menjadi lebih
interaktif, lebih mudah, dan lebih menarik untuk dipelajari.
c) Graphic Designer (GD), bertugas untuk mengubah materi teks
menjadi bentuk grafis dengan gambar, wama, dan layout yang
enak dipandang, efektil dan menarik untuk dipelajari.
d) Learning Management system (LMS), bertugas mengelola
sistem di website yang mengatur lalu lintas interaksi antara
instruktur dengan siswa, antarsiswa dengan siswa lainnya, serta
hal lain yang berhubungan dengan pembelajaran, seperti tugas,
nilai, dan peringkat ketercapaian belajar siswa.
Sekian dulu informasi yang dapat kami sampaikan semoga dapat bermanfaat.
Wasalam.