Saturday, 5 January 2019

Manfaat Internet Dalam Bidang Politik

Asalamualaikum wr.wb



Internet merupakan kemajuan teknologi masa kini yang mencakup dalam berbagai bidang .

Salah satu di antaranya adalah bidang politik , apa ya manfaat dan hubungan antara internet dan bidang politik ? mari kita simak berikut ini.

Internet dianggap sebagai awal dimulainya era new media diungkapkan oleh Owen

(2008:1),” The new media environment and the rise of the Internet have had impor-

tant implications for presidential communication. As the first chief executives of the

new media era, President Bill Clinton and George Bush have established an online

presence through the White house Website, www. whitehouse.gov. New media yang

dimaksud adalah situs resmi Gedung Putih yang dapat terwujud karena hadirnya Internet.

Bidang politik merupakan bidang yang butuh publisitas sehingga Internet me-
rupakan media yang banyak digunakan dalam hal promosi dari seorang tokoh politika taupun partai politik. 

Media Internet pada umumnya digunakan untuk publisitas
politik secara paralel dengan media tradisional atau konvensional. 

Tokoh politik atau partai politik akan memanfaatkan semua media yang dianggap potensial dalam
meningkatkan popularitas tokoh ataupun partai politik tersebut.

Penggunaan media
oleh tokoh politik dan partai politik dikenal dengan istilah Komunikasi Politik.

Komunikasi politik mencakup penggunaan media oleh pemerintah dan partai politik

guna mendapat dukungan pada saat pemilihan umum atau juga di luar pemilihan umum (Riaz: 2010:2). 

Internet dimanfaatkan utamanya untuk menunjukkan bahwa
tokoh ataupun partai politik tersebut 

”melek Internet” dimana mereka berusaha men-
jaring pendukung, simpatisan, teman yang berasal dari kalangan masyarakat yang sering menggunakan Internet.

New media Internet yang paling sering digunakan oleh tokoh politik baik di
Indonesia maupun di luar negeri 

adalah situs jejaring sosial. Situs yang paling pop-
uler adalah Facebook dan Twitter, 

selain itu juga ada MySpace yang populer di
Amerika Serikat, Friendster yang sudah kurang populer dan Linkedin.

 Pada masa kampanye Pilpres Indonesia tahun 2009 salah satu calon Wapres Prabowo Subianto
memanfaatkan Facebook untuk menggalang dukungan bagi dirinya.
Prabowo menda-
pat banyak ”friends” atau pendukung sehingga sempat memunculkan 

masalah karena
akun Facebook Prabowo menjadi melebihi kapasitas sehingga mendapat 

email no-
tifikasi dari (komputer) pengelola Facebook.

Meskipun media promosi Capres dan Cawapres pada saat itu tetap didominasi media tradisional

seperti iklan di televisi dan
surat kabar, spanduk, pamflet, baliho dan yang lainnya namun

ketiga pasang Capres
dan Cawapres yaitu SBY-Boediono, Megawati-Prabowo dan

JK-Wiranto juga mem-
promosikan dirinya melalui koran online detik.com lewat foto-foto
ketiga pasangan
tersebut ditambah gambar bendera partai yang mendukung mereka.

Manfaat dari new media Internet pada masa kampanye jabatan politik seperti Pil-
pres diakui oleh kubu Barack Obama pada saat Obama berhasil memenangi jabatan
Presiden tahun 2008.

Dalam artikel resensi buku berjudul Communicator-in-Chief:
How Barack Obama Used New Media 

Technology to Win the White
House yang
ditulis oleh Jarvis (2010:1) disebutkan 

bahwa situs untuk kampanye Obama men-
gorganisasi lebih dari seratus lima 

puluh ribu kegiatan, menciptakan lebih dari tiga
puluh lima ribu kelompok, memiliki 

lebih dari 1,5 juta akun dan mendapatkan lebih
dari USD 600 juta dari 3 juta donor. 

Kampanye tersebut juga menggunakan YouTube
untuk iklan gratis, mengirim alamat 

iklan tersebut kepada para pendukung dan mem-
inta kepada pendukung untuk meneruskan iklan tersebut kepada teman dan keluarga
mereka.

Akun Facebook Obama mempunyai 3.176.886 pendukung dan lewat situs
MySpace Obama mendapat 987.923 orang teman.

Kampanye juga menggunakan
text messaging untuk berhubungan dengan pemilih muda dan mengirim email seba-
gai counter attacks.

Kampanye Obama yang high-tech, menggunakan Internet utuk
mencek fakta informasi, counter 

attacks, memperkuat koneksi kepada pendukung
dan selalu siap dalam konsep 24/7 yaitu dapat dihubungi selama 24 jam setiap hari.

Riaz (2010:6) meyimpulkan bahwa Obama dapat memimpin Amerika Serikat hanya
karena penggunaan teknologi new media yang ekstensif.

Banyak juga politikus di Indonesia selain memanfaatkan situs jejaring sosial
juga membuat blog pribadi.

Dalam blog tersebut mereka mengungkapkan pandangan,
gagasan ataupun kritik mengenai sesuatu hal yang sedang menjadi topik di tengah masyarakat.

Dengan adanya blog tersebut akan membuat sang politikus berkesan
lebih intelek karena dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi inter-
net.

Salah satu blog yang mendapat sorotan beberapa waktu yang lalu adalah sebuah blog yang bernama 

nazaruddin78.blogspot.com yang sebenarnya sempat diakui oleh
Nazaruddin ) sebagai blog miliknya namun tak lama setelah itu blog tersebut sudah tutup.

Dalam blog tersebut Nazaruddin memberikan judul ”Bertepuk Tanganlah

Partai Lain” pada postingan pertamanya tanggal 30 Mei 2011 yang isinya berupa

testimoni atau pembelaan Nazaruddin terhadap berbagai tuduhan yang dialamatkan

kepadanya. Selama 2 hari saja posting pertama di blog tersebut sudah dikunjungi
20.000 orang (Inggried, 2011).

Dalam perpolitikan di Indonesia, hubungan yang terus dipelihara dengan teman-

teman di situs jejaring sosial dan juga blog dalam tempo yang cukup lama mungkin

akan berguna pada saat politikus tersebut melakukan kampanye pada pemilihan leg-

islatif atau Pemilukada sehingga dapat memenangi jabatan anggota dewan ataupun

Kepala Daerah. Namun sebagian politikus aktif di situs jejaring sosial dan blog

hanya pada saat kampanye saja karena membutuhkan pendukung yang banyak namun

setelah itu tidak sempat lagi mengurus akun atau blognya karena alasan kesibukan
kerja.

Pada pemilihan Presiden Amerika Serikat tahun 2004 email menjadi salah satu
andalan dari calon presiden dalam menyampaikan pesan kepada para calon pemilih.

Kandidat Presiden menggunakan pesan email untuk mempromosikan diri mereka

lebih sering dibandingkan serangan lawan. Pesan-pesan yang ada dalam email terny-

ata merupakan instrumen yang potensial karena pesan tersebut dapat diteruskan (di

forward) kepada banyak sekali orang lain yang nonsubscriber. Dengan demikian

maka pesan-pesan email kandidat Presiden dapat digolongkan kedalam bentuk pe-

masaran viral yang menawarkan cara unik untuk mengatasi masalah penyebaran yang
selektif (Williams dan Trammel, 2005:1).

Internet juga dapat digunakan sebagai media untuk sesuatu yang berkononotasi

negatif misalnya ajakan untuk memboikot sesuatu. Kejadian berikut terjadi di negara
RRC (Cina) yaitu pada tahun 2008 ketika muncul ajakan kepada pengguna Inter-
net di Cina untuk memboikot Carrefour, raksasa retail dari Perancis. Ajakan boikot
terhadap Carrefour memang berbau bisnis namun sebenarnya persoalan ini berkait
dengan masalah politik. Seperti diceritakan oleh Chung Tai Cheng (2009) dalam ar-
tikelnya berjudul New Media and Event : A Case Study on the Power of the Internet,
Carrefour yang memiliki 120 toko di lebih dari 30 kota di RRC dituduh mendukung
Dalai Lama dan kelompok-kelompok independen pro Tibet. Seperti diketahui, Cina
menganggap Tibet adalah bagian dari Cina sehingga tidak mengakui Dalai Lama
sebagai pemimpin Tibet. Untuk menghukum Carrefour, beberapa pengguna Internet
di Cina menganjurkan untuk memboikot Carrefour dan mendesak pengguna Internet
di Cina agar mau bergabung dengan cara dikirimi text message dan postingan pada
forum online.
Dimulai pada tanggal 14 April 2008, sina.com (situs hiburan dan mesin pencari
terkenal di Cina) menyelenggarakan sebuah survei mengenai opini dari pengguna
Internet di Cina apakah akan memboikot Carrefour atau tidak.Pada tanggal 16 April
2008, hampir 4,8 juta pengguna Internet berpartisipasi dalam survei ini. Sebagian
besar dari mereka mendukung dilakukannya aksi boikot terhadap Carrefour dan
merek-merek Perancis lainnya dan berjanji tidak akan berbelanja di Carrefour selama
sebulan penuh. Anjuran untuk memboikot tidak hanya direspon oleh para pengguna
Internet saja namun juga mencapai orang-orang yang berada di luar dunia maya.
Meskipun pada akhirnya boikot itu sulit dilaksanakan karena masalah itu
akhirnya ditangani secara G to G namun paling tidak ada pelajaran yang dipetik
yaitu melalui Internet dapat digalang dukungan untuk tujuan politis dalam tempo
yang cepat dan jumlah yang besar sebagai alat penekan terhadap kelompok lain.

Sekian info yang dapat kami sampaikan kepada para pembaca semua , semoga dapat bermanfaat

Dan punya nilai ya , mohon maaf bila ada salah kata  , sampai jumpa lagi

Wasalam.

Share this