Friday, 31 May 2019

Gangguan Kepribadian Skizotipal

Kepribadian Skizotipal


Gangguan Kepribadian Skizotipal

Apa Itu Kepribadian Skizotipal?


Kepribadian skizotipal dapat dianggap sebagai sebuah continuum dari kondisi sehat
menuju patologis, dengan ciri kepribadian skizotipal di ujung akhir titik sehat dan gangguan
kepribadian skizotipal pada akhir titik patologis

Kraepelin dan Bleuer adalah
yang pertama kali mengobservasi pasien non-psychotik yang berhubungan dengan skizofrenia
dimana menunjukkan gejala dan tanda seperti mild schizophrenia, antara lain :

defisit dalam
domain kognitif, interpersonal dan afektif yang kemudian digambarkan sebagai konsep
schizotype. Istilah schizotype diciptakan oleh Rado sebagai singkatan dari skizofrenia
genotipe, 
yaitu seseorang yang mempunyai gen skizofrenia di keluarganya, tanpa
memandang orang tersebut mengalami gejala skizofrenia atau tidak. 

Menurut Rado,
schizotype memiliki potensi untuk menjadi gejala-gejala yang dapat diamati dari suatu
penyakit, meskipun mungkin tidak pernah terjadi. 

Rado melihat pola skizotipal tidak selalu
tetap tetapi dapat mengalami kemajuan, kemunduran, keadaan kompensasi dan bila sangat
berat mengalami keadaan dekompensasi. 

Schizotype kompensasi akan menjalani hidup tanpa
pernah mengalami episode psikotik. Schizotype dekompensasi akan menjadi skizofrenia, tapi
mungkin bisa kembali ke keadaan kompensasi setelah diberikan pengobatan yang tepat

gangguan kepribadian skizotipal terjadi pada
sekitar 3 persen dari keseluruhan populasi di Amerika Serikat. Rasio jenis kelamin lebih
sering pada laki-laki daripada perempuan. 

Paling sering terjadi bersama dengan gangguan
kepribadian skizoid, borderline, avoidant dan paranoid. Gangguan pada Axis I tersering
adalah gangguan depresif mayor, gangguan psikotik akut dan fobia sosial 

Etiologi terjadinya gangguan kepribadian skizotipal adalah: 

1. Genetik 



 Kasus terbanyak berhubungan secara biologis dalam keluarga dari pasien
skizofrenia, dan insiden tertinggi terdapat pada kembar monozigotik daripada kembar
dizigotik 

2. Lingkungan dan sosial 



a. Pengaruh lingkungan dan sosial prenatal dapat mempercepat ataupun sebaliknya
terhadap perkembangan perubahan struktural dan fungsional otak di daerah frontal, temporal,
dan limbik, yang akhirnya dapat menimbulkan kelainan psikologis pada kognisi. 

b. Pengaruh lingkungan dan sosial postnatal seperti adanya kekerasan fisik, penelantaran,
kemiskinan, diskriminasi akan berkontribusi pada penurunan fungsi otak, yang secara
langsung juga dapat mengakibatkan gangguan kognitif dan afektif serta
terjadinya kepribadian skizotipal dan perilaku antisosial 14-20 tahun kemudian.

Sekian mengenai

Gangguan Kepribadian Skizotipal
Kepribadian Skizotipal
Penyebab Kepribadian Skizotipal

Share this